Banjarmasin kota yang dikenal dengan kota seribu sungai mempunyai tempat wisata favorit yang mungkin mulai dikenal seluruh Indonesia dengan adanya tayangan tagline stasiun id RCTI oke yang dulu sering di putar setiap pergantian acara, yap bener sekali pasar terapung. Kenapa disebut pasar terapung dikarenakan semua transaksi jual beli dilakukan di atas jukung (perahu kecil) di sungai Barito, dan sungai-sungai lain.
Walaupun aku sudah kuliah 2 tahun di Banjarmasin baru kali ini ada kesempatan melihat bagaimana suasana Pasar Terapung itu, Aku sendiri berasal dari Kabupaten tanah Bumbu yang jarak perjalanannya kurang lebih 5 jam. Di Banjarmasin sendiri pasar terapung yang terkenal ada dua yakni pasar terapung Lok Baintan dan Kuin. Nah pada kesempatan ini aku mau berbagi cerita di pasar terapung Kuin. Aku bareng tgemen-temen kuliah mempunyai planning melihat pasar terapung dengan alasan masa orang Kalimantan ga tau icon wisatanya.
Untuk menuju dibutuhkan perjuangan ekstra, yah siap-siap bangun jam 5 pagi, bagi kami yang emang suka ngaret ini merupakan tantangan berat, kumpul di pagi-pagi buta gini masih ngantuk dan berat. Akhirnya kita saling membangunkan teman via hape, bahkan ada yang nginep di kosan teman yang dekat dengan lokasi darmaga biar ga telat gitu. Ini bukan apa-apa soalnya pasar terapung mulai pukul 6 pagi dan mulai hilang aktivitasnya ketika matahari sudah terang.
Untuk menuju kepasar terapung kita ngumpul di darmaga kelotok (semacam perahu tradisional yang diberi mesin) dengan biaya sewa Rp. 150.000,00 dan bisa mengangkut 20 orang dengan rute pasar terapung dan pulau Kembang. Oh ya pulau kembang adalah pulau kecil ditengah sungai Barito yang isinya banyak monyet liar, pulau ini dekat dengan kawasan pasar terapung tapi masuk kawasan kabupaten Barito Kuala. Biasanya kebanayakan paket kelotok yang ada di penyewaan kelotok pulau ini juga masuk dalam tujuan setelah menikmati pasar terapung.
Mungkin banyak yang agak kecewa dengan pasar terapung yang sekarang kerena keadaan pasar terapung tidak seramai seperti di gambar-gambar,mungkin itu gambar di ambil tahun 90an sekarang kelihatan mulai sepi Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.
Setelah menikmati pesona pasar terapung yang telah pudar digilas jaman, aku bereng temen-temen melanjutkan ke tujuan selanjutnya yakni pulau kembang. Pulau yang tidak terlalu luas ini cukup unik karena berada ditengah sungai Barito yang luas. Pulau ini dihuni ratusan monyet yang merupakan jenis kera berekor panjang. Disana ada juga semacam bangunan pemujaan dengan dibuat patung hanoman, ga ngerti juga buat apa tu bangunan. Hahaha banyak temen cewek pada histeris ketakutan melihat monyet yang agresif ga tau ya kenapa monyetnya beringas gitu kelapaeran kali. Aku malah gemas melihat tingkah monyet, lucu.
Dan inilah kenang-kenangan dari perjalanku bareng temen-temen kuliah:
foto bareng di pulau Kembang monyetnya ga kalah eksis bro |
"kya.......kya.......haaaa.....!" para cewek pada jejeritan liat monyet yan menghalangi titian sambil mamerin taringnya yang tajem gile. |
Pasar Terapung yang tidak seramai dulu |
suasana pasar terapung |
kalao mau sarapan makannya disini asik juga makan dalam kelotok yang jualan soto banjar ini |
pose bareng |
0 komentar:
Posting Komentar